PROBLEMATIKA MASALAH KELUARGA
Keluarga yang bahagia bukanlah keluarga yang tanpa konflik, tanpa
masalah. Masalah akan selalu muncul dan selalu ada. Keluarga yang
bahagia ialah keluarga yang dapat mengelola setiap problem
kehidupan/konflik yang muncul dalam keluarga mereka.
Pernikahan merupakan pertemuan dua pribadi yang berbeda dan unik
untuk saling berbagi hidup. Perbedaan diantara dua pribadi itu tidak
dapat dihindari. Mereka hidup terpisah lebih kurang 20 – 25 tahun, dan
selama jangka waktu itu mereka telah mengembangkan selera, kesukaan,
kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan serta nilai-nilai hidup yang
dipegangnya.Sangat tidak masuk akal apabila kita menuntut dua orang –
yang karena menikah – harus selalu melakukan hal yang sama dengan cara
yang sama dan pada waktu yang sama.
Ada 8 masalah utama dalam keluarga atau rumah tangga :
1. PENGHASILAN
Penghasilan
suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun,
bila yang terjadi kebalikannya, si istri yang lebih besar, bisa-bisa
timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai
penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas,
sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.
Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah membesar.
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah membesar.
2. ANAK
Ketidakhadiran
anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik
berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu
menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian
medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Solusi
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan, tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak misalnya.
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan, tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak misalnya.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran
orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga
kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele
yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar.
Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang
tidak transparan.
Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah
yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri.
Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan
layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau
tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu.
Bisa karena letih, stres ataupun hamil.
Solusi
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut.
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut.
5. KEYAKINAN
Biasanya,
pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak
mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun,
persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani
kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut
sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha
untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini
seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan,
sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.
Solusi
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
6. MERTUA
Kehadiran
mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena
terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan
menantunya.
Solusi
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
7. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan
dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu
saja juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri
cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri
senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan
biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami
hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat
yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut
juga.
Solusi
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.
Kalau suami Anda seorang yang pendiam ya
imbangi, jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada
salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu
yang baru itu indah, lho, karena ini, kan, pengalaman baru untuk Anda.
8. KOMUNIKASI TERBATAS
Pasangan
suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk
berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, atau di
akhir pekan. Kadangkala, untuk sarapan pagi atau makan malam bareng pun
terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling
berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian.
Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya.
Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang,
namun malah cekcok.
Solusi
Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Bebarapa faktor yang menyebabkan runtuhnya bahtera rumah tangga sangat beragam. mulai persoalan ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ), perselingkuhan, pendidikan, poligami, politik, pertengkaran, caat biologis, menikah di bawah umur. Artinya, jumlah perceraian semakin tahun ada peningkatan signifikan, dan ini merupakan berita yang sangat memprihatinkan. Sebab, jika ini terus tejadi akan menjadikan kesakralan nikah menjadi pudar.
BAGAIMANA MENGATASI MASALAH DALAM KELUARGA?
Salah satu kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan berkeluarga
ialah kemampuan dalam mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam
keluarga sehingga setiap anggota keluarga dapat memainkan perannya
secara optimal. Jangan biarkan masalah menguasai kehidupan keluarga
anda, tetapi kuasailah masalah dan carilah solusi bersama atas masalah
tersebut. Memang ini bukan hal yang mudah tetapi harus diupayakan.
Bukankah cara terbaik untuk keluar dari masalah yang kita hadapi adalah
dengan menuntaskannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar